Betapa Sensitifnya Masa Kehamilan…!
Ketika saya berbincang-bincang dengan istri salah seorang diplomat di KBRI-Tehran dimana dengan semangatnya ia menceritakan tentang putri kecilnya yang gemuk dan doyan makan sembari memperlihatkan photo imut-imutnya kepadaku. Melihat photo putrinya yang gemuk dan sehat dengan spontanitas saya bertanya kepadanya: “Apa rahasianya bu, kok anaknya doyan makan dan gemuk seperti ini?”. “Rahasianya ialah karena ketika saya sedang mengandungnya, saya selalu melaksanakan solat Tahajud agar anak saya suka makan”, jawabnya dengan penuh semangat. “Oh itu rahasianya”, gumanku pelan.
Di lain kesempatan salah seorang teman bercerita kepadaku tentang sebab anaknya yang cengeng, “Habis sewaktu saya sedang mengandungnya cengeng banget sih, ya akhirnya sekarang anakku cengeng juga”, katanya tersenyum sambil melirik ke arahku.
Tak kalah menarik ialah cerita salah satu dosenku tentang anaknya. Ketika beliau mengisi kuliah kami, disela-sela kuliah untuk sedikit refresing beliau bercerita: “Sewaktu saya mengandung anak pertama, saya sedang sibuk belajar mata kuliah Filsafat. Ternyata aktifitasku pada masa itu mempengaruhi anak dalam kandunganku. Tidak lama setelah anakku lahir dan tumbuh dengan sehat, pada saat itu ia kira-kira berusia antara empat atau lima tahunan, ia sangat ambisius menanyakan segala hal yang disaksikannya sampai-sampai saya sendiri kewalahan menjawabnya. Dengan gaya bahasanya ia bertanya: “Apa itu mama? Kenapa begitu mama? Apa sebabnya mama? Tuhan di mana mama? Tuhan bagaimana?…dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Ia selalu menanyakan tentang esensi segala sesuatu. Ketika saya mendengar berbagai pertanyaan yang sedikit berbau Filsafat telah dilontarkan anak pertamaku, saya sempat tersenyum dan berguman: “Oh mungkin ini dampak karena sewaktu saya mengandungnya sedang sibuk belajar mata kuliah Filsafat…”.
Terakhir kita beralih ke kisah seorang ulama besar yang bernama Allamah Majlisi pertama yang patut dipertimbangkan sebagai pelajaran kehidupan kita. Berawal dari di sebuah kota, ada seorang ulama besar alim dan saleh. Suatu hari, selepas melaksanakan shalat Jama’ah yang diimami oleh ulama itu sendiri, seorang makmum datang menghadapnya untuk mengadukan ihwal perilaku anaknya yang telah melubangi tempat airnya (tasyk) sehingga airnya habis. Setelah mendengar pengaduan tersebut, ulama besar itupun lantas bergegas kembali ke rumah dan bertanya pada istrinya; apa yang dilakukan semasa mengandung anaknya itu sehingga melakukan perbuatan yang tidak terpuji, ia mendesak, ”Wahai istriku, apa yang engkau lakukan ketika masa hamil sehingga anak kita melakukan perbuatan tercela, padahal aku senantiasa memberikan makanan yang halal kepadamu? Sang istri menjawab: “Aku tidak melakukan apa-apa”. Ulama itupun berkata lagi: “Coba engkau ingat-ingat kembali!”
Sang istri berusaha mengingat-ngingat kembali, sampai akhirnya ia sadar akan suatu kejadian lalu berkata kepada suaminya: “Ya, aku ingat sekarang apa yang telah aku lakukan sehingga anakku melakukan perbuatan tercela ini. Suatu hari pada masa aku mengidam, aku lewat di sebuah gang. Di pinggir gang itu, ada sebuah pohon delima yang sebagian dahannya merunduk sampai ke gang. Melihat buah delima yang ada di pohon tersebut, belum lagi aku sedang mengidam, rasanya enak sekali kalau memakannya, kemudian aku mengambil penitik (jarum) dan menusukkannya kesalah satu buah delima. Setelah mendengar cerita tersebut, ulama itupun berkata: “Inilah perilakumu yang menyebabkan anak kita (Allamah Majlisi kedua) sampai melakukan perbuatan tercela. Dulu, kau menusuk buah delima dengan penitik, sekarang anak kita menusuk tempat air orang lain”.
Beberapa kisah di atas merupakan gambaran tentang penting dan sensitifnya masa kehamilan. Kedua orang tua baik sang ayah maupun sang ibu hendaknya memberikan perhatian ekstra pada masa ini. Pada masa hamil yang dalam al-Qur’an fase-fase perkembangannya dimulai dari masa nutfah (gabungan sperma dan sel telur), gumpalan darah (alaqah), gumpalan daging (Mudghah), gumpalan tulang belulang (i’dhomah) lalu tulang belulang dibungkus dengan daging dan setelah itu menjadi janin yang telah sempurna dan ditiupkan padanya ruh, hal ini dapat kita lihat dalam al-Qur’an dimana Allah swt berfirman: “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Masa kehamilan yang dimulai dari masa terbentuknya nutfah ibarat fase membuat adonan dalam pembikinan makanan atau lain sebagainya. Apabila jika bahan-bahan dan cara pengadonannya tidak bagus, terpolusi, kotor dan salah maka makanan yang dihasilkannyapun tidak akan bagus pula. Sperma yang dihasilkan harus dari sperma yang dihasilkan dari makanan yang halal dan suci, karena ia merupakan bahan untuk pembuatan anak. Setelah memasuki masa kehamilan yang paling berat dalam menjaga agar adonan atau janin tersebut sehat baik jasmani dan ruhani ialah seorang ibu yang mengandungnya. Sekalipun secara tidak langsung seorang ayah pun dapat memberikan pengaruh, namun pegaruhnya hanya saja secara tidak langsung, seperti ia harus memberikan nafkah kepada istrinya dari hal-hal yang suci dan halal, menjaga sikap agar seorang istri yang hamil dari sisi psikologis senantiasa dalam keadaan tenang dan tentram.
Segala yang dilakukan seorang ibu hamil sedikit banyak akan mempengaruhi janinnya. Sebagaimana jika seorang ibu hamil merokok, meminum minuman keras atau tidak memperhatikan semua vitamin yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jasmani janin akan berakibat buruk terhadap kesehatan dan pertumbuhan janin. Maka apabila ia pun tidak memperhatikan hal-hal yang memberikan dampak terhadap perkembangan ruhani janin maka akan berakibat buruk terhadap perkembangan dan pertumbuhan kepribadian janin di masa yang akan datang. Apabila seorang ibu hamil misalkan, memakan makanan haram –misal minuman keras, narkoba, daging babi…dan lain-lain- ataupun yang dihasilkan dengan cara haram walaupun itu menurut kesehatan bersih dan sehat –misal membeli daging, tahu tempe dengan uang hasil mencuri, menipu, korupsi dan lain sebagainya- berarti ia telah mengotori dan meracuni janinnya sehingga menjadi terpolusi. Walaupun bukan mustahil dapat dibersihkan akan tetapi hal itu sangat sulit dibanding jika dari awal bahannya telah bersih.
Bukan hanya sekedar makanan atau minuman yang dapat mempengaruhi perkembangan jasmani dan ruhani seorang janin dalam rahim, karena memang makanan dan minuman janin tergantung kepada makanan dan minuman ibu yang mengandungnya. Akan tetapi dari sisi psikologis pun kejiwaan seorang ibu akan memberikan efek positif maupun negatif terhadap pertumbuhan jasmani dan ruhani janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, kenapa seorang ibu hamil harus sangat berhati-hati dalam berprilaku dan sikap pada masa kehamilan, prilaku baik dan buruk sedikit banyak akan memberikan efek baik dan buruk pula terhadap janin dalam membentuk kepribadiannya di masa mendatang. Jika seorang ibu hamil berbuat tercela (dosa) secara tidak langsung ia telah mengotori janinnya. Sebaliknya jika ia tidak berbuat dosa atau melakukan kebaikan berarti ialah telah menjaga kesucian janinnya dan ini sangat berpengaruh dalam mempermudah mendidiknya menjadi anak yang sehat jasmani dan ruhaninya nanti. Atau singkatnya anak yang saleh yang akan menjadi perhiasan bagi kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat.
Menilik sangat sensitifnya masa kehamilan maka tidak salahlah jika berkaitan dengan hal ini Rasulullah saww bersabda: “Orang bahagia ditentukan kebahagiaannya ketika ia masih diperut ibunya, dan orang sengsara ditentukan kesengsaraannya ketika dalam perut ibunya”.
Jelasnya, hadis di atas tidak hendak menafikan usaha manusia itu dalam menentukan kebahagiaan dan kesengsaraannya sendiri, tapi ingin mengingatkan bahwa gerak-diam ibu pada masa-masa kehamilannya akan berdampak pada pembentukkan karakter anak yang dikandungnya, serta akan menjadi indikasi apakah karakter anak tersebut saleh atau bejat. Ibu mengandung tidak dapat berperilaku sesuka hati, karena hal ini tak ubahnya meracuni anak yang ada di dalam kandungannya. Disebabkan betapa urgennya masa kehamilan, seorang ibu agar berhati-hati dalam bersikap dan berprilaku dan dianjurkan agar selalu melakukan hal-hal yang baik serta positif dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt melalui zikir -selalu mengingat-Nya baik dalam hati maupun lisan- baca doa, al-Qur’an tentunya jika bisa dengan memahami artinya dan ibadah lainnya. Jika terbesit dalam dirinya untuk melakukan kesalahan maka sadarkanlah dirinya bahwa sekarang tidak sendiri lagi, ada jiwa lain yang selalu menyertainya. Ada makhluk lain yang akan menjadi harapannya, dimana perilaku baik dan buruknya akan mempengaruhi dalam membentuk kepribadiannya di masa mendatang. Jika seorang ibu hamil selalu berpikiran seperti ini maka ia akan selalu berusaha menjaga segala tindak tanduknya, karena manusia mana yang mengharapkan bagian jiwanya terlahir dalam keadaan cacat jasmani maupun ruhani.
Mungkin salah satu sebab kenapa korupsi di tanah air kita sulit untuk diberantas karena makanan yang diberikan kepada para janin berasal dari korupsi, baik itu korupsi kelas teri maupun kelas kakap. Bapaknya korupsi akhirnya anaknya pun korupsi., jiwa korupsi telah menyatu dalam jiwanya, sehingga nuraninya telah tertutup untuk merasakan kepedihan rakyat yang hartanya telah dikorupsi.
Mudah-mudahan para ibu hamil selain akan diberi balasan dalam menghadapi masa-masa sulit kehamilan, juga akan senantiasa diberi pertolongan oleh Allah swt untuk menjalankan tugas berat ini dengan sebaik mungkin. InsyaAllah

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
magetan, magetan, Indonesia
saya itu orangnya suka senyum karena dengan senyum saja bisa membuat teman2q bahagia n bukan berarti saya gila lho..hehe... always smile!!!!???